Hadroh Trisula Temanggung

Hadroh Trisula Temanggung

Pasang Iklanmu Di Sini!


Oleh Fatimah Azzahra

Sosiologi pendidikan adalah salah satu cabang sosiologi yang mempelajari interaksi sosial dalam konteks pendidikan. Salah satunya dalam konteks pendidikan Islam, sosiologi pendidikan juga memiliki peran penting dalam memahami bagaimana faktor sosial mempengaruhi pendidikan islam, yaitu memahami interaksi sosial antara peserta didik dan pendidik, serta tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Islam. Artikel ini akan membahas sosiologi pendidikan yang terkhusus dalam konteks pendidikan islam, termasuk peran dan tantangan yang terkait.

Peran Sosiologi Pendidikan Islam

Sosiologi pendidikan islam membantu kita dalam memahami bagaimana faktor-faktor sosial seperti agama, budaya, dan struktur sosial mempengaruhi sistem pendidikan Islam. Hal ini melibatkan analisis terhadap sejumlah aspek termasuk peran keluarga lembaga pendidikan dan masyarakat, serta faktor-faktor eksternal lainnya yang berkontribusi terhadap pengalaman pendidikan islam seseorang.

Selain itu sosiologi pendidikan islam juga berperan sebagai :

Memahami masyarakat islam, membantu dalam memahami masyarakat isalam secara lebih dalam, ini melibatkan mempelajari nilai-nilai norma, kepercayaan, dan praktik-praktik sosial dalam masyarakat muslim yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pendidikan.

Menganalisis interaksi sosial, menganalisis interkasi sosial di dalam institusi pendidikan islam. Hal ini mecangkup hubungan antara guru dan siswa, hubungan antara siswa, dan hubungan antara istitusi pendidikan islam dengan masyarakat di sekitarnya. Dengan memahami interaksi sosial ini, sosiologi pendidikan islam dapat membantu menigkatkan kualita proses pendidikan.

Memahami faktor sosial yang mempengaruhi pendidikan islam, memperhatikan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pendidikan islam. Misalnya, ekonomi, politik, budaya, dan faktor-faktor sosial lainnya dapat mempengaruhi kebijakan pendidikan, aksesbilitas pendidikan, kurikulum, dan praktik pengajaran dalam institusi pendidikan islam.

Tantangan Dalam Pendidikan Islam

Analisis tentang sejumlah tantangan pendidikan islam dapat dilakukan dengan pendekatan sosiologi pendidikan. Ada tiga tantangan utama yang kini dihadapi oleh pendidiakan islam, yaitu:

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pendidikan islam saat ini sedang menghadapi perubahan sistem pembelajaran pada budaya modern yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan islam tidak terlalu fokus memprioritaskan aspek yang bersifat praktis dan pragmatis, seperti penguasaan teknologi. Hal tersebut mengakibtakan pendidikan islam tidak mampu bersaing pada level pendidikan ditingkat global.

Demokratisasi

Demokratisasi yaitu isu lain yang mempengaruhi pendidikan islam indonesia. “Bahwa tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan pada sistem politik negara sebagai antitesis terhadap sistem politik yang otoriter” Dede Rosyada (2004).

Dekadensi Moral

Revolusi teknologi mengakibatkan pergeseran nilai dan norma budaya, pada dasarnya nilai-nilai budaya dari pihak yang lebih dominan dalam menguasai iptek akan cenderung berposisi dominan pola dalam interkasi kultural yang terjadi. Dalam hal ini, Hasbi Indra (2005:72) menjelaskan bahwa budaya barat telah memperlihatkan superioritasnya terhadap budaya islam.

              Tantangan lainnya adalah kesenjangan pendidikan antara kelompok sosial dalam masyarakan islam. Faktor-faktor seperti ekonomi dan latar belakang sosial dapat mempengaruhi kualitas serta akses pendidikan yang diterima oleh setiap pelajar. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor ini adalah melakukan analisis sosiologi pendidikan islam.

Selain hal diatas pendidikan islam juga menghadapi tantangan antara lain:

Modernitas dan perubahan sosial, perubahan sosial yang cepat dan modenisasi seringkali menjadi tantangan dalam sosiologi pendidikan islam. Tantangan ini meliputi bagaimana pendidikan islam dapat tetap relevan dalam menghadapi perubahan sosial dan nilai-nial yang muncul dengan modernitas.

Ketidakseimbangan akses pendidikan, tantangan dalam sosiologi pendidikan islam termasuk ketidakseimbangan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat muslim. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan ekonomi, geografis, gender, atau faktor sosial lainnya. Memastikan akses yang adil dan merata terhadap pendidikan islam tetap menjadi tantangan penting.

Harmonisasi antara tradisi dan modernitas, juga menghadapiaa tantangan dalam harmonisasi antara tradisi dan nilai-nilai islam dengan tuntutan modernitas. Penting untuk mempertahankan nilai-nilai kemurnian etika dan cara mengintegrasikannya secara positif dengan doktrin agama serta mengintegrasikan elemen-elemen yang relevan dengan perkembangan sosial dan teknologi.

Pergeseran suatu sistem keyakinan yang menjadikan islam sebagai nilai untuk menghukumi realita kehidupan. Hal tersebut mencakup perubahan dalam pendekatan pengajaran, penekanan pada keterampilan dalam pembelajaran, dan adaptasi dengan tuntutan dunia kerja.

Pemahaman tentang peran dan tantangan dalam sosiologi pendidikan islam penting untuk mengembangkan pendidikan islam yang lebih baik.


Oleh: Rida Wahyuningsih

Kurikulum merupakan salah satu unsur terpenting yang harus ada dalam pelaksanakan satuan lembaga pendidikan. Karena kurikulum dijadikan sebagai alat untuk membuat perencanaan kegiatan pembelajaran berupa proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan sekolah sesuai dengan kebutuhan pada masanya. Jadi apa bila terjadi perubahan pada kurikulum, guru atau pendidik harus bisa mendalami dan mengimplementasikkannya dengan tepat sesuai kurikulum yang berlaku agar tujuan dari pendidikan itu dapat tercapai.

Pengembangan kurikulum berjalan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju sesuai kebutuhan. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu teknologi informasi, ilmu pengetahuan, masyarakat, perkembangan dunia, politik, psikologis dan masih bnayak lagi. Hal ini  membuat pendidik harus pandai mengolah informasi agar pembelajaran yang berjalan menjadi aktif efektif dan menarik.

Dilangsir dari kemdikbud kurikulum yang sedang digerakkan saat ini adalah kurikulum merdeka dimana guru memberi kebebasan kepada siswa (peserta didik) untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat siswa itu sendiri. Hal ini akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih maksimal dan memiliki waktu yang lebih untuk mendalami konsep-konsep pelajaran yang diajarkan. Dimana keunggulan dari kurikulum merdeka belajar yaitu dengan memfokuskan pada materi esensial serta pengembangan kompetensi siswa sesuai tahapnya, yang menjadikan pembelajaran menjadi bermakna, mendalam, menyenangkan dan tidak terburu-buru. Adapun tujuan dari kurikulum merdeka belajar adalah untuk mengembangkan potensi siswa dan meningkatakan kualitas pendidikan.

Struktur kurikulum merdeka terdiri atas tiga dasar yaitu: pertama, pembelajaran yang fleksibel dimana siswa dapat belajar dimanapun dan kapanpun berada sesuai dengan keinginannya. Kedua, berbasis kompetensi dimana siswa belajar dengan pencapaian kopetensi yang dimiliki, artinya siswa dapat memaksimalkan pengetahuan yang siswa itu miliki. Ketiga, karakter Pancasila dimana siswa harus mempunyai enam karakter yaitu: Percaya, berakhlak mulia dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, berpikir kritis, mandiri, bekerja sama dan memiliki keragaman global. 

Jadi dari sini dapat dipahami bahwa dalam kurikulum merdeka pembelajaran PAI sangat penting dimana diharuskan memberi bimbingan kepada siswa agar tahu spiritual keagamaan, memiliki akhlak yang mulia dimana akhlak yang benar sesuai dengan syariat seduai peradaban, menjalin kasih sayang, dan adanya sikap toleransi antar agama, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengambil keputusan.

Dilansir dari situs web uin-antasari kurikulum pendidikan Islam merupakan beberapa bahan pendidikan Islam yang berupa kegiatan pengalaman dan pembelajaran yang diberikan secata sistematis kepada siswa agar sesuai tujuan pendidikan Islam. Dimana berfungsi sebagai pengembangan, perbaikan penyaluran, penyesuaian, pencegahan dan sumber nilai. Dengan tujuan terbentuknya karakter anak bangsa yang beriman dan martabat serta dapat diimplementasikan dalam bermasyarakat dan bernegara.

Dilnsir dari web digilibadmin.unismuh ada upaya agar dapat dilakukan peningkataan mutu pembelajaran PAI yaitu pertama, Meningkatkan kualitas belajar siswa untuk pembelajaran mata pelajaran PAI, kedua, Perolehan panduan atau literatur bergambar Pelajaran dalam Pelajaran PAI, ketiga, Metodologi pembelajaran bagi guru mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Dilansir dari jurnal.markandeyabali meskipun implementasi kurikulum merdeka telah berjalan efektif dalam beberapa bulan terakhir, namun masih terdapat beberapa kendala seperti kurangnya pengalaman kemandirian belajar, referensi yang terbatas, akses belajar yang tidak merata dan manajemen waktu. Implementasi kurikulum mandiri tidak efektif karena beberapa alasan berikut. Pertama, tidak semua guru terlatih. Kedua, guru tidak memahami isi kurikulum sehingga tidak dapat menerapkannya dengan benar. Kelemahan terbesar guru dalam belajar adalah kurangnya pemahaman pendekatan mata pelajaran saintifik tanpa pengujian kognitif dan evaluasi hasil belajar siswa. Ketiga, dukungan sekolah masih rendah karena banyak anak sekolah yang belum dididik dengan kurikulum ini. Alasan utama rendahnya dukungan sekolah adalah kurangnya pemahaman siswa sekolah, terutama kepala sekolah dan konselor, tentang kurikulum baru. Keempat, pemerintah provinsi mendukung anggaran pendidikan, anggaran pendampingan, anggaran pembelian buku dan pengiriman guru, kepala sekolah, dan pelatih ke kursus pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan kabupaten dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi hasilnya tidak tersedia secara optimal. Kelima, kurangnya perencanaan dalam pelaksanaan kurikulum mandiri menjadi faktor penghambat. Kelemahan lain adalah kurangnya koordinasi antara tingkat pemerintah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum. Keenam, manajemen penyampaian kurikulum perlu diperbaiki, mulai dari penetapan target penyampaian, penganggaran, pengadaan fasilitas pelatihan, pelatihan, implementasi dan pendampingan, serta evaluasi keberhasilan dan kegagalan. Di era desentralisasi, implementasi kurikulum juga harus didesentralisasikan. Yang terpenting adalah koordinasi yang baik antar berbagai tingkatan pemerintahan, baik dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten maupun kota. 

Saran perbaikan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka kelemahan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Perencanaan yang matang harus dilakukan terlebih dahulu, dimulai dengan penetapan tujuan, penganggaran, pengadaan fasilitas, pelatihan, implementasi dan dukungan, serta evaluasi. Kedua, meningkatkan koordinasi antara dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan provinsi, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan pelatihan guru, kepala sekolah, dan direktur. Ini termasuk mengoordinasikan pengadaan buku dan mengirimkannya ke sekolah-sekolah untuk menghindari keterlambatan. 

 


Kedu, Hariantemanggung.com -  Salah satu Implementasi Kurikulum Merdeka di SMA Nur Lintang Kedu adalah melaksanakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan P5 ini dilaksanakan secara blok selama tujuh hari. Tema yang dipilih pada pelaksanaan ini adalah “Bangun Jiwa Raga” dengan subtema Stop Bullying, No body shaming, we are Family . Nilai karakter yang diharapkan dapat berkembang  antara lain berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Gotong royong, Mandiri, dan Kreatif.

Subtema ini diangkat untuk dijadikan kegiatan P5 di SMA Nur Lintang Kedu karena akhir-akhir ini dikalangan remaja dan pelajar sedang marak terjadinya kekerasan remaja dan bullying. Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebuat SMA Nur Lintang Kedu dalam rangkaian kegiatan P5 mengadakan seminar tentang Bullying atau Perundungan dilingkungan Sekolah dan Pondok Pesantren. Seminar ini dilaksanakan selama dua Hari pada hari Senin-Selasa (6-7/11/2023) bertempat di Aula SMA Nur Lintang Kedu. Pemateri pada hari pertama dari Polres Temanggung dengan materi Perundungan dan Pencegahan. Kemudian pemateri pada hari kedua adalah Psikolog dari Sentra Terpadu (ST) Temanggung dengan materi Bullying dan Body Shaming.

Setelah kegiatan seminar siswa-siswi SMA Nur Lintang Kedu membuat poster, Selain itu mereka juga membuat konten video pendek secara berkelompok dengan yang bertemakan gerakan anti bullying atau perundungan dan body shaming.

Dalam kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa SMA Nur Lintang Kedu dari kelas X sampai kelas XII. Siswa-siswi sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. “Saya sangat antusias sekali dengan kegiatan ini, karena banyak memberi pengetahuan yang baru untuk saya berkaitan Bullying, saya baru tahu kalau mengejek teman itu termasuk tindakan bullying, Bullying ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi korban salah satunya dapat mempengarui psikis dan menurunkan mentalnya, saya sekarang akan lebih berhati-hati dalam bersikap” tutur salah satu siswa.

Kepala sekolah SMA Nur Lintang Kedu Ibu Isnaini Hidayah R, S.Pd sanggat mengapresiasi yang setinggi-tingginya atas terlaksananya kegiatan ini.  Ibu Isnaini Hidayah R, S.Pd menyampaikan kegiatan P5 ini di luar ekspektasi. Rencana kegiatan yang digambarkan oleh koordinasi ini yang semula akan berlangsung biasa-biasa saja ternyata dapat berjalan luar biasa.  Dan beliau juga berharap pada akhirnya kegiatan ini akan mampu membuat siswa dapat menjadi upstanders (pembela) jika ada kejadian bullying dilingkungan sekolah dan masyarakat. (Htm44/ Ahmat Yuliyanto)


Yogakarta, Hariantemanggung.com
- Pada Kamis, 02 Mei 2024 dilakukan kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana (RPKB) Kota Yogyakarta Tahun 2024. Kegiatan dibuka langsung oleh Drs. Nur Hidayat,M.Si selaku Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, beliau mengampaikan bahwa Penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu dilaksanakan di Kota Yogyakarta untuk meningkatkan kapasitas dan meminimalkan risiko bencana.

Dijelaskannya, bahwa maksud dari penyusunan Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana (RPKB) Kota Yogyakarta ini adalah menyiapkan mekanisme tanggap bagi pemerintah daerah untuk situasi kedaruratan bencana, menyiapkan pelaksanaan fungsi koordinasi, dan komando dalam penanganan darurat bencana, membagi peran dan tanggungjawab setiap institusi pemerintahan untuk setiap situasi kedaruratan dan sebagai panduan untuk diturunkan dalam penyusunan rencana kontingensi.

Pemaparan materi pertama oleh Dr. Zela Septikasari, M.Sc., M,Pd selaku Team Leader menyampaikan gambaran umum bencana, mitigasi bencana serta pentingnya penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana ini dilakukan.

Selanjutnya materi kedua disampaikan oleh Yugyasmono, S.Sos., M.M.B selaku Tenaga Ahli CV Lavanterra Energy, beliau menyampaikan kedudukan RPKB dengan dokumen kajian lainnya, penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan Kedaruratan bencana serta perencanaan atau mekanisme operasional Kedaruratan Bencana.

Kegiatan ini dihadiri oleh Perwakilan 25 OPD dan 5 Kemantren yang ada di Kota Yogyakarta. Dalam kegiatan ini para peserta dibagi kedalam 3 kelompok diskusi untuk melakukan review terhadap Draf Dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana yang ada, kegiatan FGD ini di dampingi langsung oleh Resti Diah Silviani, S.Pd dan Muhammad Farraz Nur Ridwan, S.Pd selaku Tim CV Lavanterra Energy.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu dilaksanakan di Kota Yogyakarta untuk meningkatkan kapasitas dan meminimalkan risiko bencana. Penanggulangan bencana terdapat tahap pra-bencana yang meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana dan terdapat potensi bencana. Pada situasi tidak terjadi bencana, salah satu upaya yang dilakukan adalah penguatan kesiapsiagaan dimana salah satu kegiatannya adalah menyusun Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana (RPKB).

RPKB merupakan acuan bagi pelaksanaan penanggulangan bencana untuk dipakai sebagai doktrin dalam keadaan darurat dan disusun oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melalui koordinasi oleh BPBD disaat situasi normal atau sebelum bencana terjadi. Lebih lanjut RPKB harus diuji coba secara berkala dan dapat dilengkapi dengan rencana kontingensi pada saat terdapat potensi bencana dengan risiko tinggi.

RPKB adalah dokumen kerangka kerja tanggap darurat yang berbasis pada kesepakatan yang membagi peran dan tugas antar pihak jika situasi darurat bencana benar-benar terjadi. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang menyatakan bahwa Penanggulangan Bencana dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. (Htm12/rls)