Kurtubi Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai NasDem |
"Apabila isu regional selama ini mengenai pembangunan Terusan Kra menjadi kenyataan maka yang akan bisa menyaingi Terusan Kra adalah Global Hub Kayangan (GHK)," kata Kurtubi di Kompleks Parlemen, Senin (24/10).
Menurutnya, hal ini sangat beralasan. Tren efisiensi perdagangan internasional ke depan salah satunya dengan cara menekan biaya angkut per ton dan arus barang niaga antar benua atau kawasan.
"Efisiensi itu hanya bisa dicapai dengan memperbesar daya angkut kapal niaga dan atau memperpendek jarak angkut," ujar legislator dapil NTB ini.
Maka, lanjutnya, efisiensi inilah yang dilihat oleh Thailand untuk membangun terusan Kra. Adanya Terusan Kra baru akan bisa mengefisienkan ongkos angkut barang niaga yg diangkut dari Eropa menuju ke Asia Timur (Taiwan, Korea, Jepang China, Siberia Timur) bahkan ke Alaska.
"Jika nantinya skenario pembangunan Terusan Kra menjadi kenyataan, maka dapat diprediksi jalur niaga yang saat ini melalui Singapura nyaris pasti akan sepi. Karena tidak akan lagi disinggahi oleh kapal- niaga yang berasal dari Eropa dengan tujuan Asia Timur," ungkapnya meyakinkan.
Namun, Kurtubi kembali menegaskan, Indonesia tidak perlu khawatir dengan adanya proyek terusan di Thailand ini.
Dia meyakini bahwa pembangunan GHK mampu membendung dan menandingi jalur niaga yang akan menuju ke Terusan Kra nantinya.
Secara geografis, dengan posisi yang terletak di ALKI II (Selat Lombok) yang lebar dan dalam, membuat kawasan ini memiliki keunggulan dibandingkan jalur Singapura atau pun Terusan KRA.
"GHK yang akan dikembangkan dengan payung hukum PP No.13/2017 berpeluang besar menggantikan peran Singapura sekaligus menyaingi Terusan Kra sebagai tempat persinggahan baru untuk kapal-kapal niaga ukuran raksasa yang tidak bisa lewat Terusan Suez," tegasnya.
Maka dia menilai keputusan pemerintah mengeluarkan PP No 13/2017 sudah sangat tepat dalam rangka mengantisipasi tren perdagangan internasional jauh ke depan.
Sisi lainnya, politisi NasDem ini mengingatkan, pemerintah dalam mengembangkan GHK yang terintegrasi dengan Kota Industri Baru dan Kilang BBM dibutuhkan juga pasokan kebutuhan listrik yang besar.
"Untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 1000 MW sangatlah tepat untuk bisa dipenuhi dengan PLTN," pungkasnya.
Dia menambahkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi kawasan tersebut, BATAN akan melakukan studi PLTN di NTB. Ini dilakukan setelah memperoleh dukungan Komisi VII serta penandatangan MOU dengan Pemda NTB pada 20 Oktober 2017.
Perlu diketahui, sejak 2015 Thailand sedang mengerjakan proyek terusan yang mengambil konsep seperti terusan Suez dan Panama. Terusan yang diperkirakan selesai tahun 2025 ini akan menggantikan posisi jalur selat Malaka yang selama ini menjadi jalur favorit bagi kapal-kapal niaga dari Eropa maupun Afrika menuju Asia Timur.(Htm55).
Tambahkan Komentar