Oleh Suratno
Selama ini, tasawuf hanya dipahami ilmu atau praktik ibadah untuk
orang tua yang sudah mau mati. Pelajar, pemuda, mahasiswa, guru, semuanya
menganggap tidak penting, karena tasawuf masih dinilai ajaran meninggalkan
dunia dan mengutakan akhirat. Padahal, tasawuf hakikatnya menjadi penolong masa
depan, baik di dunia maupun akhirat.
Degradasi moral dari segi adab, tata krama, hingga pergaulan bebas
sudah melampaui batas kewajaran. Tak perlu merujuk penelitian ilmiah untuk
menganalisis hal tersebut. Dengan kasat mata kita dapat membandingkan kondisi
anak-anak atau remaja seperti yang saat ini kita lihat dibandingkan dengan
beberapa tahun lalu sangatlah terlihat perbedaan dengan apa yang kita lihat
saat ini.
Tasawuf sebagai Intinya Inti
Hal ini adalah beban masalah yang selalu menjadi momok bagi para
pendidik, terkhusus para pendidik berlatar belakang Islam. Tasawuf menjadi
kunci berjalannya mobilitas akhlaq yang menjadi ruh dari kesucian moral yang
sesuai dengan ajaran agama dan warisan para leluhur. Dalam keseluruhan ajaran Islam
tasawuf menjadi poin yang sangat penting sebagai sumber teori-teori
kependidikan islam dalam Alquran terdapat ribuan ayat yang berbicara tentang Akhlaq,
dua setengah kali lebih banyak dari ayat-ayat yang membahas tentang hukum. Hal
ini menunjukkan posisi penting tasawuf terhadap kunci kehidupan terutama dalam
dunia pendidikan.
Dapat kita buktikan dengan melihat salah satu dari sumber data
remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah di kabupaten Temanggung ada sekitar 160 pasangan menikah dini ke pengadilan agama. Data
tersebut menjadi koreksi merah bagi dunia pendidikan negri kita. Posisi remaja yang
semestinya sebagai pelajar aktif telah tercemari dengan perilaku-perilaku
menyimpang dimana hal yang telah mereka lakukan dapat menjadi penghancur
masadepan pelaku kehamilan diluar nikah baik di lingkungan sosial maupun dalam
lingkungan kelurga.
Pasalnya jastifikasi masyarakat terhadap pasangan diluar
nikah sangatlah kritis bahkan anggapan masyarakat terhadap anak yang terlahir
dari hubungan tersebut teribaratkan sebagai anak haram, dikemudian hari tentu
juga akan berdampak pada mental psikis anak yang berasal dari hubungan tersebut.
Dan dibalik dari pada itu tasawuf dapat diaplikasikan agar pasangan tersebut
terselamatkan masadepannya dengan ketentuan-ketentuan sesuai dengan syari”at
agama bahkan dapat menolong mental anak hasil hubungan tersebut untuk dapat
tertangani dengan benar dan menjamin masadepannya sesuai dengan hak-hak anak
pada umumnya.
Peran pendidikan yang seharusnya sebagai peta konsep kehidupan yang
sesuai dengan nilai-nilai moral agama maupun adat seakan telah terkesampingkan.
Banyak pemikir pendidikan yang berusaha menggali solusi dalam penanggulangan
maupun pencegahan kasus-kasus penyimpangan moral terutama tokoh-tokoh ulama
pendidik bangsa. Kerjasama dan tidakan bersama yang kuat tentu dapat membendung
degradasi moral yang ada, harmonisasi para ulama dan pemaku agama dengan dukungan
seluruh tenaga pendidik harus segera dilaraskan. Apabila ulama ditempatkan pada
posisi hakikatnya sebagai rujukan dari segala aspek kehidupan terutama sektor
pendidikan yang mengacu pada ciri utama Islam Nusantara dengan ketasawufannya
maka tentu keindahan di Nusantara dapat kita hadirkan kembali.
Sifat dari tasawuf dengan cinta dan kesucian hati dapat dengan
mudah meluluhkan hati-hati yang kotor sehingga kembali kepada jalan yang diridhoi
oleh Allah SWT dan tentunya dibarengi dengan larangan-larangan yang
ditinggalkan dan perihal apakah yang harus selalu diutamakan. Bentuk dari
modernisasi seakan mengarahkan kita pada rasionalitas dengan mengesampingkan
asupan ruh yang seharusnya menjadi persoalan pokok yang dikedepankan.
Pada
hakikatnya pendidikan bukan berasal dari keilmuan rasionalitas, namu
pendidiakan sebagai aplikasi atas perintah dan larangan oleh Allah SWT kepada
masing-masing hambanya. Bahkan telah ditemukan sebuah teori bahwa kecerdasan
diukur dari tingkat kematangan sikap atau nilai moral yang terkandung dalam
diri seseorang, dibalik itu rasionalitas akan mengarahkan kita terhadap
kebuntuan dan sempitnya cara pandang terhadap persoalan yang sedang dihadapi.
Penolong Masa Depan
Maka dari itu kerancauan pada proses atau sistem pengajaran terhadap
ruhani anak didik maka hasilnya anak
didik belum siap ataupun tidak mampu menghadapi persoalan kehidupan disekitarnya,
atau bahkan ia tidak mampu memilih mana hal yang tidak sesuai untuknya atau
yang baik untuknya.
Pendidikan tasawuf mengasah ruhani anak didik untuk dapat
menghadapi dalam segala persoalan kehidupan sehingga kecerdasan intelektual telah
terdasari dengan kuatnya ruhani anak didik sehingga kedepannya dapat terarah
sesuai dengan aspek masing-masing keilmuan, bukan kecerdasan yang mengatur
kehidupan kemudian pada akhirnya timbul pemikiran yang terlalu bebas sehingga
sumber-sumber keilmuan yang tidak sesuai dengan aqidah dapat masuk dengan
leluasa melalui celah-celah pemahaman yang masih lemah dengan tanpa bendungan
rohani yang kuat.
Sebenarnya nilai-nilai kesucian jiwa dan pendidikan hati sudah lama
diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu dengan mendasarkan ajaran Ahli Sunnati Wal
Jama’ati Al-Asy’ariyati namun serangan-serangan dari pemahaman yang lain
memudarkan nilai-nilai tersebut. Misi kita sebagai pelaku pengajaran dan
pendidikan harus bersama-sama mengembalikan sunnah-sunnah ulama terutama
metodologi pendidikan yang berdasarkan tasawuf. Walaupun tidak ada ilmu khusus
yang dibahas oleh Rasulullah SAW namun nilai-nilai tasawuh terkandung dalam
sunnah dan hadits Rasulullah SAW.
Isyarat dari Imam Ghozali mempelajari ilmu tasawuf atau istilah
lain ilmu yang membersihkan hati dari beragam penyakitnya maka yang mengingkari
tasawuf adalah mengingkari kebenaran sehingga juga dinisbatkan pengingkaran
terhadap agama. Namun timbulnya fitnah-fitnah terhadap tasawuf akhir-akhir ini
telah mengkabuti pandangan ummat terhadap tasawuf sehingga pandangan masyarakat
terhadap tasawuf sebagai ilmu yang rancu sehingga condong untuk ditinggalkan
padahal posisi dari tasawuf sendiri menjadi sember dari segala ilmu pengetahuan
terutama ilmu pendidikan dan pengajaran.
Saat ini adalah satu-satunya kesempatan untuk kita bersama-sama
memperbaiki segala kenyataan yang ada, marilah kita hadirkan kembali
nilai-nilai tasawuf yang telah lama terkubur tertelan maraknya globalisasi dan
kembali kita ikuti ulama-ulama disekeliling kita sebagai penuntun segala lini
kehidupan kita terutama aspek pendidikan dan pengajaran sebagai harapan kita
untuk mencetak kader-kader ummat dan bangsa. Tidak ada kata terlambat untuk
memperbaiki segala kenyataan yang ada, himmah yang kuat beserta rasa
kekeluargaan antar ummat insyaallah akan mengembalikan jati diri bangsa sebagai
bangsa yang berhistoriskan para pejuang dan ulama ussholih yang dengan
perjuangan dan darah mereka lahirlah Nusantara.
- Guru MI Misbakhussudur Malangsari, Temanggung
Tambahkan Komentar