Oleh : Retno Puji Astuti
Mahasiswi Prodi PIAUD STAINU Temanggung
Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan
dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda
mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam maka akan
mencakup dua hal.
Mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai akhlak Islam
dan mendidik siswa siswi untuk
mempelajari materi ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa pendidikan hendaknya serba
meliputi. Sebagaimana yang terungkap dalam Q.S Luqman: 1-34 yang intinya
pendidikan hendaknya memberi penyadaran potensi fitrah keagamaan, menumbuhkan,
mengelola dan membentuk wawasan, akhlak serta tingkah laku yang sesuai dengan
ajaran Islam, menggerakkan dan menyadarkan manusia untuk senantiasa beramal
saleh dalam rangka beribadah kepada Allah. Konformisme atau cepat merasa puas
dengan keadaan yang ada menjadi kendala mendasar dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan Islam. Lembaga pendidikan dasar dan menengah masih menggunakan model
kurikulum lama dengan mengandalkan pendidikan dasar agama sebagai bekal
mengajarkan pendidikan agama lebih lanjut kepada masyarakat. Pembahasan yang
diajarkan pun masih banyak menekankan aspek normatif dengan (mohon maaf)
mengesampingkan aspek transformatif dalam konteks sosio-kultural masyarakat
kita. Jangan kaget bila ada sekelompok ikhwan yang sudah merasa cukup hanya
dengan mengkaji ilmu-ilmu keislaman yang datang dari tokoh-tokoh salaf dan
menganggap tabu ilmu-ilmu lain (kontemporer) yang sebenarnya sama pentingnya
Kiranya kita perlu menata ulang pemahaman hadis Nabi Muhammad Saw:
Artinya: “Barang siapa yang menginginkan dunia maka harus dengan ilmu
dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang
siapa yang menginginkan kedua-duanya (dunia akhirat) maka harus dengan ilmu.”
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bagi peningkatan sistem pendidikan Islam
dan kecenderungan masa depan global. Pertama, umat Islam harus mampu
memanfaatkan sarana teknologi sebagai alat perjuangan (jihad) nya. Artinya,
sarana teknologi perlu dijadikan sebagai alat perjuangan umat Islam dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan sebaliknya sebagai penghalang bagi
kreativitas berpikir dan berbuat bagi perubahan untuk kemajuan. Kedua, umat
Islam harus secara terus menerus meningkatkan SDM yang berkualitas Iptek dan
Imtaq secara bersamaan, atau peningkatan diri ke arah kekokohan spiritual,
moral dan intelektual. Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang
meniscayakan bagi perombakan sistem pendidikan Islam, mulai dari
paradigma, konsep kerangka kerja, dan evaluasi. Pada dasarnya semua civitas
akademika sistem pendidikan Islam harus memiliki sense of development ke arah
yang lebih baik sehingga lembaga pendidikan yang ada menjadi laboratorium masa
depan yang harmoni. Era Digital dan Inovasi Pembelajaran Berbasis Teknologi
Revolusi Industri 4.0 memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat pendapatan
global dan meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat dunia, akan menghasilkan
harga murah dan kompetitif, meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
menurunkan biaya transportasi dan komunikasi, meningkatkan efektivitas logistik
dan rantai pasokan global, biaya perdagangan akan berkurang, akan membuka pasar
baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Era Digital merupakan terminologi bagi
masa yang segala sesuatunya dihidupkan dengan teknologi. Mulai dari televisi,
pendingin ruangan, lemari pendingin, komputer, telepon pintar, hingga pada
penggunaan internet yang masif, internet menjadi energi terbesar dari kehidupan
di era ini. Internet membuat semua informasi yang ada di dunia ini menjadi
sangat mudah didapatkan, bahkan dalam hitungan detik. Bila ingin bersaing di
era digital ini Indonesia perlu segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan
sumberdaya manusia melalu pendidikan, menjadi operator dan analis handal
sebagai pendorong Industri mencapai daya saing dan produktivitas tinggi. Dengan
melakukan hal ini tidak mustahil Indonesia akan melompat menjadi negara maju
dalam Revolusi Industri Jilid Empat ini, melalui pemanfaatan implementasi
teknologi digital dan komputasi kedalam Industri. Revolusi digital didasari
perkembangan komputer elektronik digital, yaitu komputer pribadi, dan khususnya
mikroprosesor dengan kinerjanya yang terus meningkat, yang memungkinkan
teknologi komputer untuk tertanam ke berbagai objek besar dari kamera ke
pemutar musik pribadi. Sama pentingnya adalah pengembangan teknologi transmisi
termasuk jaringan komputering, Internet dan penyiaran digital. Ponsel 3G dan
4G, yang tumbuh pesat penetrasi sosial pada tahun 2000, juga memainkan peran
yang sangat besar dalam revolusi digital karena mereka secara bersamaan
memberikan hiburan di manamana, komunikasi, dan konektivitas online. Dalam
konteks kondisi pembelajaran yang menyenangkan, atau biasa dikenal dengan
edutainment, Davies (2011) menegaskan bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak
selalu menjamin peserta didik akan dapat belajar. Hal ini menunjukkkan bahwa
sebaik apapun seorang guru dalam merancang dan mendesain suatu program pembelajaran,
kiranya tidak akan dapat secara optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang
diharapkan apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode
secara tepat. Untuk itu peranan masyarakat digital di era revolusi industri 4.0
ini menjadi tantangan bagi membangun pendidikan berbasis teknologi informasi
yang mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat era peradaban industri.
Tantangan Pendidikan di Era Peradaban Industri.
Tantangan pada dunia pendidikan dalam menghadapi industri 4.0 adalah
penanaman nilai- nilai pendidikan yang perlu dikembangkan. Menurut Guilford
(1985) penerapan dari pendidikan nilai yang dikembangkan adalah:
anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar. Kecerdasan
berfikir anak dikembangkan dengan seluas-luasnya
memupuk kepribadian anak dengan kepribadian Indonesia sehingga menjadi
pribadi yang dinamis, percaya diri, berani, bertanggung jawab dan mandiri
pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi juga
dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah
Contoh perbuatan baik diterapkan karena lebih berhasil dalam membina
watak yang baik
hal inilah yang membedakan manusia dengan mesin di era globalisasi
industri ke 4. Kirschenbaum (1992) menyatakan bahwa pendidikan nilai pada
dasarnya lebih ditujukan untuk memperbaiki moral bangsa. Pendidikan nilai
mengajarkan generasi muda tentang value dan moral yang seharusnya dimiliki.
Pendidikan nilai ditujukan untuk mencegah antara lain meningkatnya kasus
kejahatan, degradasi moral dan penggunaan obat-obatan terlarang oleh generasi
muda. Melalui pembelajaran berbasis nilai diharapkan siswa dapat menentukan
nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai yang baik
untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat
Tapi pada kenyataanya, semakin pesatnya arus teknologi justru siswa-
siswa semakin terlena dan memiliki sikap yang enggan bertanggung jawab,
degradasi moral dan meningkatnya kasus kejahatan dikalangan siswa. Dengan
adanya aplikasi media sosial yang mempermudah dalam mengakses informasi dan
komunikasi mengakibatkan menjamurnya kejahatan di media online. Hal ini
dikarenakan kurangnya pendidikan nilai dan tantangan bagi pendidik untuk
menguatkan karater moral siswa agar tidak terjerumus dan terlena dengan pesatnya
teknologi Peradaban Industri. Salah satu substansi dari pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan moral merupakan suatu upaya membantu peserta didik dalam
menuju satu tahap perkembangan sesuai dengan kesiapan mereka. Dilema-dilema
moral sudah cukup untuk menggerakkan perkembangan moral untuk membantu peserta
didik dalam menyikapi isi nilai. Untuk meningkatkan keberhasilan program
pendidikan moral, maka upaya pendidikan tersebut haruslah dilakukan dalam satu
just school environment. Nilai-nilai yang mulai tergerus akibat tranformasi
industri 4 adalah sebagai berikut :
Nilai Kultural. Nilai kultural adalah nilai yang berhubungan dengan
budaya, karakteristik lingkungan sosial dan masyarakat (Djhiri, 2002).
Pendidikan dap menolong siswa untuk melihat nilai-nilai kultural sosial secara
sistematis dengan cara mengembangkan keseimbangan yang sehat antara sikap
terbuka (openness) dan tidak mudah percaya (skepticism).
Nilai Yuridis Formal Nilai Yuridis formal adalah nilai yang berkaitan
dengan aspek politik, hukum dan ideologi. Nilai sosial politik suatu bahan ajar
merupakan kandungan nilai yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia untuk
bersikap dan berperilaku sosial yang baik ataupun berpolitik yang baik dalam
kehidupannya.
Industri 4.0. Perkembagan jaman menuntut manusia lebih kreatif karena
pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi industri 4.0. banyak
menggunakan jasaa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada hal penting yang
membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai kemanusiaan yang tidak
dimiliki oleh mesin. Penanaman nilaiinilah yang perlu diperkuat untuk
mengangkat harkat dan martabat
Nilai Religius Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan tantangan
terberat dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Perkembagan jaman menuntut
manusia lebih kreatif karena pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi
industri 4.0. banyak menggunakan jasaa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada
hal penting yang membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai
kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh mesin.
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi yang kemudian
melahirkan revolusi industry 4.0. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses
globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era
globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan,
dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan
fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan
masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian
rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki
secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan
tanggung jawab. Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang
dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai
sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan
pendidikan yang berwawasan global.24 Yaitu dengan pemanfaatan teknologi
pendidikan. Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali
atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan
kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan
intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan
Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi
pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasisebuahmasyarakat yang
berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.
25 Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan,
terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan
penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan
tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di
masa depan, yang 24 Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Upaya
Pendidikan Agama Islam Dalam Revolusi Industri 4.0. 116 sekiranya mampu
mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti
at-taammul wa al-fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan
memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa
albashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan
(cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat
sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta
mengkaji ideide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif
guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
Tambahkan Komentar